Jumat, 29 Juli 2016

KIPRAH & PERJUANGAN KELUARGA BINOL



KIPRAH & PERJUANGAN KELUARGA BINOL (MAKASSAR, TOLI-TOLI, BUOL, POSO, BOLAANG MONGONDOW, BOLMUT).

disampaikan pada peringatan Syukuran Sarasehan Makassar Serui (SSMS96) di Ujung Pandang , 30 Juli 1996, dalam rangka mengenang 50 tahun pembuangan ketujuh tokoh pergerakan kebangsaan Makassar ke Serui, Yapen, Irian Jaya oleh penjajah Belanda

PENDAHULUAN
Dalam mengenang kembali peristiwa yang terjadi di Sulawesi Selatan dan Serui ± 50 tahun yang lalu, perkenankanlah kami untuk menjelaskan peranan ketujuh tokoh pergerakan / pemimpin itu di Makassar. Melalui sarasehan ini, kami mendekati latar belakang pergerakan di daerah ini, tanpa maksud meremehkan dan atau membesar - besarkan peran beliau - beliau.
Kami mencoba mendekatinya melalui publikasi yang ada, apa yang kami dengar dan ataupun alami langsung, karena untuk bagian - bagian tertentu kami ikut turut berperan didalamnya melalui cara seobyektif mungkin.
Selanjutnya atas kepercayaan dari keluarga penerus ketujuh tokoh ini dalam menyusun uraian ini pada tempatnya kami mengucapkan banyak terima kasih. Dan bila terdapat kekurangan didalamnya terbuka untuk dikoreksi.
PERANAN DR. G.S.S.J. RATULANGIE DKK DI MAKASSAR
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah pendudukan Jepang (RIKU - GUN) di Jakarta, oleh pihak MINSEI-FU (KAI-GUN) di Makassar, sejak awal pendaratan tentara Jepang disini, telah merangkul Lanto Daeng Pasewang, H. Sewang Daeng Muntu, M. A. Pelupessy, Tio Heng Sui dan H. Nusu Daeng Mannangkasi sedangkan Nadjamuddin Daeng Malewa diangkat menjadi Walikota Makassar pada bulan Mei 1945, melalui wadah : SYUKAI-GIIN, merupakan Badan Penasehat Penguasa MINSEI-FU.
Pada akhir tahun 1944, tiba dari Jakarta rombongan DR. Ratulangie, Pondaag dan Tobing, kemudian menyusul Mr. Tajuddin Noor dan Mr. A. Zainal Abidin.
Kehadiran beliau - beliau dimaksud untuk memperkuat barisan pro kemerdekaan segera beliau tiba di Makassar, maka wadah diatas berganti nama : SUMBER DARAH RAKYAT (SAUDARA) dalam bahasa Jepang : KEN KOKU DOSIKAI. Wadah ini dipimpin oleh Lanto Daeng Pasewang, A. Mappanyukki dan Mr. Tajuddin Noor, sebagai akibat kekalahan demi kekalahan yang dialami pihak Jepang di kepulauan Solomon.
Wadah ini berkembang pesat, meliputi seluruh potensi perjuangan di Sulawesi Selatan, serta merupakan mantel organisasi binaan tokoh - tokoh pemuda antara lain : A. Mattalatta, Saleh Lahode, Amiruddin Mukhlis, Manai Sophian Sunari, Sutan M. Yusuf SA, Man, Y. Siranamual, dll.
Kunjungan Ir. Soekarno dan rombongan ke Makassar pada tanggal 28 April s/d 2 Mei 1945, merupakan suatu momentum sejarah karena lebih membangkitkan dan membakar semangat kemerdekaan, baik melalui pertemuan khusus dengan para tokoh masyarakat ataupun melalui rapat umum di lapangan Hasanuddin, dimana ribuan pemuda (pemudi) menghadiri pengibaran bendera "Merah - Putih". Agaknya para tokoh - tokoh itu menerima isyarat kemerdekaan dari Bung Karno, karena peristiwa tanggal 30 April 1945 itu sangat penting bagi perjuangan selanjutnya di Sulawesi Selatan.
Dalam posisi Jepang yang makin terjepit oleh pihak sekutu, para pemuka masyarakat itu, yang tergabung dalam SAUDARA, menyempurnakan struktur dan personalia di perluas dengan susunan sebagai berikut :
·  Ketua Kehormatan : Mappanyukki
·  Ketua Umum : DR. G.S.S.J. Ratulangie
·  Ketua Pusat : Lanto Daeng Pasewang
·  Kepala Bagian Umum : M. A. Pelupessi
·  Kepala Tata Usaha : A. N. Hajarati
·  Kepala Bag. Pendidikan : Abd. Wahab Tarru
·  Komando Pusat : G. R. Pantouw, H. M. Tahir, M. Suwang Dg. Muntu
·  Majelis Pendidikan Pusat : Najamuddin Daeng Malewa Mr. S. Binol Maddusila Daeng Paraga


1.    SEJARAH SULAWESI SELATAN…
Melihat keadaan di Sulawesi Selatan yang semakin suram dan perubahan politik yang semakin tajam dengan adanya beberapa tokoh politik dan pemuka masyarakat bersedia bekerjasama dengan NICA, antara lain Nadjamuddin Dg.Malewa, Baso Dg.Malewa, Abdoellah Dg.Mappudji, Husain Puang Limboro, Mr.S.Binol, M.K.W.Tambunan, dan J.H.Hattu, maka Gubernur Sulawesi Dr.G.S.S.J. Ratulangi membentuk Pusat Keselamatan Rakyat Sulawesi pada bulan Nopember 1945 yang diketuainya sendiri.
2.    SEJARAH BUOL TOLI-TOLI (SYARIKAT ISLAM)
TAHUN 1916-1919 . . .
Di Pulau Sulawesi, daerah yang pertama kali menerima organisasi Sarekat Islam adalah daerah Sulawesi Selatan, kemudian disusul oleh Sulawesi Tengah. Dan daerah di Sulawesi Tengah yang pertama kali menerima Sarekat Islam adalah Boul Toli-Toli pada tahun 1916. Raja Binol merupakan tokoh yang mempelopori berdirinya Sarekat Islam lokal Boul Toli-Toli. Susunan pengurus Sarekat Islam Boul Toli-Toli waktu itu adalah Raja Binol sebagai presiden, Pangeran Mangkona sebagai wakil presiden, dan T Mangkona selaku sekretaris. Upaya yang dilakukan Raja Binol dalam menyebarkan Sarekat Islam di Boul Toli-Toli melalui pendekatan-pendekatan dengan para bangsawan lokal daerah sekitar, termasuk bangsawan Toli-Toli. Terbukti dalam kepengurusan Sarekat Islam Toli-Toli terdapat beberapa orang yang juga menjabat dalam struktur birokrasi lokal Toli-Toli.
3.    SEJARAH KOTA POSO SULAWESI TENGAH…
…Selanjutnya, dengan melalui beberapa tahapan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh A.Y. Binol pada tahun  dikeluarkan PP No. 33 Tahun 1952 tentang pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah yang terdiri dari Onder Afdeeling Poso, Luwuk Banggai dan Kolonodale dengan ibukotanya Poso dan daerah Otonom Donggala meliputi Onder Afdeeling Donggala, Palu, Parigi dan Toli Toli dengan ibukotanya Palu…
4.    SEJARAH KABUPATEN TOLI  TOLI …
….Atas perjuangan dari tokoh-tokoh masyarakat Buol dan masyarakat Tolitoli maka dibentuk Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli, sesuai Undang-undang Nomor tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi. Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Buol Tolitoli merupakan gabungan dari 2 daerah bekas swapraja, yakni swapraja Buol mulanya bagian dari wilayah Kabupaten Gorontalo. Swapraja Tolitoli yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Donggala. Perintis berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli tersebut terdiri dari Moh. Jahja Bantilan, Usman Binol, Saleh Alatas, Morel Metahang, D.S. Butudoka, Hi. Ibrahim, Usman Laindjong, Hi. Moh. Arsyad, Bombo Salakea, H.G. Pua, T. Kawan Daud, Nuryadi, Said Raukang, Hi. Mochsen Abd. Rahim, Hi. Salim Hi. Mallu, A. Datuamas, Andi Moh. Tahir, Mohtar Batalipu, Hi. Hamid Hi. Bedda, M.HI. Suhong, M.A. Turungku, J.A. Lamaka, M.J Rotikan, Hi.M. Datuiding, H. Pamentar, Ali Yanis dan Bathin.
5.    AKI DAN BUNDA PEMEKARAN BOLAANG MONGONDOW TERNYATA CUCU RAJA ABRAHAM SUGEHA  . . .
Sebuah fakta sejarah menarik terungkap pada pembentukan Rukun Pogogutat Binol-Sugeha, Sabtu (05/04) malam lalu. Per-himpunan yang bertujuan untuk menyatukan keturunan dari Abo Noho Binol dan Bua’ Nasa Sugeha itu justru berhasil menguak tabir tentang berbagai kemiripan dari dua tokoh penting dalam per-juangan pemekaran Tanah Tota-buan, Drs Hi Jambat Damopolii dan Dra Hj Marlina Moha-Siaha-an. Baik dari sisi keturunan Radja Abraham Sugeha (1880-1893) maupun dari segi lamanya men-jadi Bupati di daerah ini.
6.    SEJARAH PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA . . .
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (sering disingkat Bolmong Utara () adalah daerah otonom hasil pemekaran dari kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Provinsi Sulawesi Utara. Keputusan penetapannya sebagai daerah otonom dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dalam sidang Paripurna tanggal 8 Desember 2006. Kemudian UU pembentukannya disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 2 Januari 2007 yang untuk kabupaten Bolmong Utara ditetapkan menjadi Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2007
Keberhasilan itu merupakan kerja keras presidium terutama ketua pelaksana acara Ust. NAHUMPANG dan sekertaris-Nya MOH. SIDIK BINOL. Dalam acara ini hadir pihak pemerintah, yang diwakili Asisten I Pemkab Bolmong Drs. FREDY RORINGKON. Juga dihadiri pimpinan dan para anggota DPRD Kabupaten Bolaang Mongondow, masyarakat dan para elit dari rantau (Jakarta, Makassar, Palu, Papua, Gorontalo, Kotamobagu dan Manado) serta ribuan masyarakat calon daerah mekaran dari kecamatan Sangkub hingga Pinogaluman. 

Sumber : http//google.com

“Kesuksesan = 99% (Kerja Keras) + 1% (Kejeniusan)”
Thomas Alfa Edison. 



4 komentar:

  1. sangat bermanfaat utk generasi berikutnya... :)

    BalasHapus
  2. Mantap...sebagai Generasi Now, jangan melupakan kiprah & perjuangan para Pendahulu, semoga menjadi Jariyah...Perjuangan KELUARGA "BINOL" ...Amin ...

    BalasHapus
  3. https://laniratulangi.wordpress.com/2010/03/31/perjuangan-ketujuh-tokoh-pergerakan-kebangsaan-di-makassar-dan-serui-yapen-papua/

    BalasHapus