KIPRAH
& PERJUANGAN KELUARGA BINOL (MAKASSAR, TOLI-TOLI, BUOL, POSO, BOLAANG MONGONDOW,
BOLMUT).
disampaikan pada peringatan Syukuran Sarasehan Makassar Serui (SSMS96) di Ujung Pandang , 30 Juli 1996, dalam rangka mengenang 50 tahun pembuangan ketujuh tokoh pergerakan kebangsaan Makassar ke Serui, Yapen, Irian Jaya oleh penjajah Belanda
PENDAHULUAN
Dalam
mengenang kembali peristiwa yang terjadi di Sulawesi Selatan dan Serui ± 50
tahun yang lalu, perkenankanlah kami untuk menjelaskan peranan ketujuh tokoh
pergerakan / pemimpin itu di Makassar. Melalui sarasehan ini, kami mendekati
latar belakang pergerakan di daerah ini, tanpa maksud meremehkan dan atau
membesar - besarkan peran beliau - beliau.
Kami mencoba
mendekatinya melalui publikasi yang ada, apa yang kami dengar dan ataupun alami
langsung, karena untuk bagian - bagian tertentu kami ikut turut berperan
didalamnya melalui cara seobyektif mungkin.
Selanjutnya
atas kepercayaan dari keluarga penerus ketujuh tokoh ini dalam menyusun uraian
ini pada tempatnya kami mengucapkan banyak terima kasih. Dan bila terdapat
kekurangan didalamnya terbuka untuk dikoreksi.
PERANAN DR.
G.S.S.J. RATULANGIE DKK DI MAKASSAR
Sejalan dengan
kebijaksanaan pemerintah pendudukan Jepang (RIKU - GUN) di Jakarta, oleh pihak
MINSEI-FU (KAI-GUN) di Makassar, sejak awal pendaratan tentara Jepang disini,
telah merangkul Lanto Daeng Pasewang, H. Sewang Daeng Muntu, M. A. Pelupessy,
Tio Heng Sui dan H. Nusu Daeng Mannangkasi sedangkan Nadjamuddin Daeng Malewa
diangkat menjadi Walikota Makassar pada bulan Mei 1945, melalui wadah :
SYUKAI-GIIN, merupakan Badan Penasehat Penguasa MINSEI-FU.
Pada akhir
tahun 1944, tiba dari Jakarta rombongan DR. Ratulangie, Pondaag dan Tobing,
kemudian menyusul Mr. Tajuddin Noor dan Mr. A. Zainal Abidin.
Kehadiran
beliau - beliau dimaksud untuk memperkuat barisan pro kemerdekaan segera beliau
tiba di Makassar, maka wadah diatas berganti nama : SUMBER DARAH RAKYAT
(SAUDARA) dalam bahasa Jepang : KEN KOKU DOSIKAI. Wadah ini dipimpin oleh Lanto
Daeng Pasewang, A. Mappanyukki dan Mr. Tajuddin Noor, sebagai akibat kekalahan
demi kekalahan yang dialami pihak Jepang di kepulauan Solomon.
Wadah ini
berkembang pesat, meliputi seluruh potensi perjuangan di Sulawesi Selatan,
serta merupakan mantel organisasi binaan tokoh - tokoh pemuda antara lain : A.
Mattalatta, Saleh Lahode, Amiruddin Mukhlis, Manai Sophian Sunari, Sutan M.
Yusuf SA, Man, Y. Siranamual, dll.
Kunjungan Ir.
Soekarno dan rombongan ke Makassar pada tanggal 28 April s/d 2 Mei 1945,
merupakan suatu momentum sejarah karena lebih membangkitkan dan membakar
semangat kemerdekaan, baik melalui pertemuan khusus dengan para tokoh
masyarakat ataupun melalui rapat umum di lapangan Hasanuddin, dimana ribuan
pemuda (pemudi) menghadiri pengibaran bendera "Merah - Putih". Agaknya
para tokoh - tokoh itu menerima isyarat kemerdekaan dari Bung Karno, karena
peristiwa tanggal 30 April 1945 itu sangat penting bagi perjuangan selanjutnya
di Sulawesi Selatan.
Dalam posisi
Jepang yang makin terjepit oleh pihak sekutu, para pemuka masyarakat itu, yang
tergabung dalam SAUDARA, menyempurnakan struktur dan personalia di perluas
dengan susunan sebagai berikut :
· Ketua Kehormatan : Mappanyukki
· Ketua Umum : DR. G.S.S.J. Ratulangie
· Ketua Pusat : Lanto Daeng Pasewang
· Kepala Bagian Umum : M. A. Pelupessi
· Kepala Tata Usaha : A. N. Hajarati
· Kepala Bag. Pendidikan : Abd. Wahab Tarru
· Komando Pusat : G. R. Pantouw, H. M. Tahir, M. Suwang Dg. Muntu
· Majelis Pendidikan Pusat : Najamuddin Daeng Malewa Mr. S. Binol Maddusila Daeng Paraga
1.
SEJARAH
SULAWESI SELATAN…
Melihat
keadaan di Sulawesi Selatan yang semakin suram dan perubahan politik yang
semakin tajam dengan adanya beberapa tokoh politik dan pemuka masyarakat
bersedia bekerjasama dengan NICA, antara lain Nadjamuddin Dg.Malewa, Baso
Dg.Malewa, Abdoellah Dg.Mappudji, Husain Puang Limboro, Mr.S.Binol, M.K.W.Tambunan, dan J.H.Hattu, maka Gubernur Sulawesi
Dr.G.S.S.J. Ratulangi membentuk Pusat Keselamatan Rakyat Sulawesi pada bulan
Nopember 1945 yang diketuainya sendiri.
2.
SEJARAH
BUOL TOLI-TOLI (SYARIKAT ISLAM)
TAHUN
1916-1919 . . .
Di
Pulau Sulawesi, daerah yang pertama kali menerima organisasi Sarekat Islam
adalah daerah Sulawesi Selatan, kemudian disusul oleh Sulawesi Tengah. Dan
daerah di Sulawesi Tengah yang pertama kali menerima Sarekat Islam adalah Boul
Toli-Toli pada tahun 1916. Raja Binol
merupakan tokoh yang mempelopori berdirinya Sarekat Islam lokal Boul Toli-Toli.
Susunan pengurus Sarekat Islam Boul Toli-Toli waktu itu adalah Raja Binol sebagai presiden, Pangeran
Mangkona sebagai wakil presiden, dan T Mangkona selaku sekretaris. Upaya yang
dilakukan Raja Binol dalam menyebarkan Sarekat Islam di Boul Toli-Toli melalui
pendekatan-pendekatan dengan para bangsawan lokal daerah sekitar, termasuk
bangsawan Toli-Toli. Terbukti dalam kepengurusan Sarekat Islam Toli-Toli
terdapat beberapa orang yang juga menjabat dalam struktur birokrasi lokal
Toli-Toli.
3.
SEJARAH KOTA
POSO SULAWESI TENGAH…
…Selanjutnya,
dengan melalui beberapa tahapan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah melalui Dewan
Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh A.Y. Binol pada tahun
dikeluarkan PP No. 33 Tahun 1952 tentang pembentukan Daerah Otonom
Sulawesi Tengah yang terdiri dari Onder Afdeeling Poso, Luwuk Banggai
dan Kolonodale dengan ibukotanya Poso dan daerah Otonom Donggala meliputi Onder
Afdeeling Donggala, Palu, Parigi dan Toli Toli dengan ibukotanya Palu…
4.
SEJARAH
KABUPATEN TOLI TOLI …
….Atas
perjuangan dari tokoh-tokoh masyarakat Buol dan masyarakat Tolitoli maka
dibentuk Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli, sesuai Undang-undang Nomor
tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi. Kabupaten Daerah
Tingkat II Kabupaten Buol Tolitoli merupakan gabungan dari 2 daerah bekas
swapraja, yakni swapraja Buol mulanya bagian dari wilayah Kabupaten Gorontalo.
Swapraja Tolitoli yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Donggala.
Perintis berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli tersebut terdiri
dari Moh. Jahja Bantilan, Usman Binol,
Saleh Alatas, Morel Metahang, D.S. Butudoka, Hi. Ibrahim, Usman Laindjong, Hi.
Moh. Arsyad, Bombo Salakea, H.G. Pua, T. Kawan Daud, Nuryadi, Said Raukang, Hi.
Mochsen Abd. Rahim, Hi. Salim Hi. Mallu, A. Datuamas, Andi Moh. Tahir, Mohtar
Batalipu, Hi. Hamid Hi. Bedda, M.HI. Suhong, M.A. Turungku, J.A. Lamaka, M.J
Rotikan, Hi.M. Datuiding, H. Pamentar, Ali Yanis dan Bathin.
5.
AKI DAN BUNDA PEMEKARAN BOLAANG MONGONDOW TERNYATA CUCU
RAJA ABRAHAM SUGEHA . . .
|
Sebuah
fakta sejarah menarik terungkap pada pembentukan Rukun Pogogutat Binol-Sugeha, Sabtu (05/04) malam lalu.
Per-himpunan yang bertujuan untuk menyatukan keturunan dari Abo Noho Binol dan Bua’ Nasa Sugeha itu
justru berhasil menguak tabir tentang berbagai kemiripan dari dua tokoh penting
dalam per-juangan pemekaran Tanah Tota-buan, Drs Hi Jambat Damopolii dan Dra Hj
Marlina Moha-Siaha-an. Baik dari sisi keturunan Radja Abraham Sugeha
(1880-1893) maupun dari segi lamanya men-jadi Bupati di daerah ini.
6.
SEJARAH PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
UTARA . . .
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
(sering disingkat Bolmong Utara () adalah daerah otonom hasil pemekaran dari
kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Provinsi Sulawesi Utara. Keputusan
penetapannya sebagai daerah otonom dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR-RI) dalam sidang Paripurna tanggal 8 Desember 2006. Kemudian UU
pembentukannya disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 2
Januari 2007 yang untuk kabupaten Bolmong Utara ditetapkan menjadi Undang –
Undang Nomor 10 Tahun 2007
Keberhasilan itu
merupakan kerja keras presidium terutama ketua pelaksana acara Ust.
NAHUMPANG dan sekertaris-Nya MOH.
SIDIK BINOL. Dalam acara ini hadir pihak pemerintah, yang diwakili
Asisten I Pemkab Bolmong Drs. FREDY RORINGKON. Juga dihadiri
pimpinan dan para anggota DPRD Kabupaten Bolaang Mongondow, masyarakat dan para
elit dari rantau (Jakarta, Makassar, Palu, Papua, Gorontalo, Kotamobagu dan
Manado) serta ribuan masyarakat calon daerah mekaran dari kecamatan Sangkub
hingga Pinogaluman.
Sumber : http//google.com
Posted by: mahyudin.binol@gmail.com
“Kesuksesan = 99% (Kerja
Keras) + 1% (Kejeniusan)”
Thomas
Alfa Edison.
sangat bermanfaat utk generasi berikutnya... :)
BalasHapusMantap...sebagai Generasi Now, jangan melupakan kiprah & perjuangan para Pendahulu, semoga menjadi Jariyah...Perjuangan KELUARGA "BINOL" ...Amin ...
BalasHapushttps://laniratulangi.wordpress.com/2010/03/31/perjuangan-ketujuh-tokoh-pergerakan-kebangsaan-di-makassar-dan-serui-yapen-papua/
BalasHapusmasha Allah
BalasHapus