BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
Tujuan utama setiap instansi
Pemerintah adalah dapat memberikan pelayanan prima dan professional kepada
masyarakat, dimana tentu hal tersebut dapat terwujud apabila setiap aparatur
Negara sebagai pelayan masyarakat memiliki latar belakang pendidikan yang
sesuai, keahlian yang mumpuni terhadap tugas pokok yang diembannya serta yang
tak kalah pentingnya yaitu penempatan aparatur harus relevan dengan latar
belakang pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh aparatur tersebut.
Demikian halnya pelayanan kepada
masyarakat yang berpotensi maupun yang terdampak bencana, sudah sepatutnya
pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia …” dan lebih di pertegas dengan tanggung jawab dan wewenang pemerintah
yang termuat dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 menyatakan
“Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi Penanggungjawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana”, dan dijabarkan melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Secara khusus penanggulangan bencana di daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) ditangani oleh Badan Penanggulangan
Bencana
Daerah (BPBD).
Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan sendiri telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah
pada tahun 2010 berdasarkan pada Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun
2010
tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Badan Penanggulangan
Bencana Daerah.
Sejak dibentuknya BPBD maka urusan
Pemerintah Daerah menyangkut kebencanaan dikoordinir oleh BPBD sebagai
pelaksana penanggulangan bencana dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menyatakan bahwa
implementasi penanggulangan bencana adalah sebuah rangkaian kegiatan yang
terdiri dari pengembangan kebijakan dalam bidang resiko bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Implementasi dari keempat hal
tersebut diatas merupakan tanggung jawab yang harus mampu dilaksanakan oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, walau
pada prinsipnya BPBD merupakan Lembaga koordinasi penanggulangan bencana yang
penanganannya dilaksanakan bersama oleh
Pemerintah
Daerah, Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan, Dunia Usaha,
dan
Masyarakat karena pada hakekatnya setiap pihak dapat memberikan kontribusi pelayanan terhadap ancaman
bencana.
BPBD
memiliki tanggung jawab besar dalam kegiatan penanggulangan bencana
baik mulai tahap prabencana,
tanggap darurat, hingga pasca bencana. Untuk
dapat mewujudnyatakan BPBD sebagai organisasi yang
berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya Penanggulangan Bencana maka
penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara terencana,
terkoordinasi, dan
terpadu,
dan menyeluruh.
Dengan demikian maka hal yang pertama
yang harus dimiliki oleh BPBD adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap,
tangkas, tanggap dan tangguh dalam menghadapi bencana sebagaimana motto
BNPB/BPBD. Untuk dapat mencapai maksud dari motto tersebut tentu harus memiliki
kapasitas sumber daya manusia yang mampu
menjawab setiap tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam setiap kegiatan
penanggulangan bencana.
Japanese
International Coorporation Agency (JICA) dalam
kajian tingkat kapasitas penanggulangan bencana di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan menyatakan bahwa kapasitas penanggulangan bencana merupakan suatu
penguasaan sumber daya, cara, dan ketahanan yang dimiliki pemerintah dan
masyarakat yang memungkinkan mereka untuk mempersiapkan diri, mencegah,
menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri, serta dengan cepat memulihkan
diri dari akibat bencana. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemerintah dan masyarakat harus memiliki kapasitas dalam menghadapi bencana.
indeks kapasitas Kabupaten Bolaang Mongondow adalah 2 (dua). Indeks Ketahanan Daerah dengan dengan nilai 2
(dua) memiliki arti bahwa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki Indeks
Kapasitas Rendah dalam hal
penanggulangan bencana. (Buku Rencana
Penanggulangan Bencana Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2014~2018 Hal.
35).
Berdasarkan kajian tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah
Daerah dalam hal ini BPBD belum mampu memberikan pelayanan prima dan belum berperan secara optimal, baik secara
langsung maupun tidak langsung dan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,
berbagai kalangan menilai kinerja BPBD
masih belum maksimal. Hal ini
juga dapat dilihat pada
bencana banjir yang melanda
pada
tanggal 26 September 2011, yang merusak hampir 1/4 wilayah
Pinolosian Timur dan Posigadan, dimana
Sekitar 2.500 unit rumah warga, terendam banjir. Selain itu, dua jembatan, sebuah
masjid, serta madrasah juga rusak parah diterjang banjir. wilayah itu pun
terisolasi karena semua akses jalan tergenang air setinggi + 1 meter.dengan kerugian
material hingga milyaran rupiah.
Hal ini cukup menjelaskan
bahwa Pemerintah Kabupaten dan BPBD Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan belum mampu memenej penyelenggaraan penanggulangan
bencana secara optimal. sehingga,
wajar apabila Bolaang
Mongondow Selatan masuk dalam kategori
" Kabupaten/Kota Rawan
Banjir di Sulut". (antaranews.com Empat
Daerah Di Sulut Rawan Bencana Senin, 26 September 2011).
Keberhasilan program dalam sebuah pekerjaan tidak akan menjadi
efektif dan efesien
apabila
tidak ditunjang
dan
diimbangi ketersidaan
SDM yang memiliki kemampuan dan keahlian yang matang karena selain dukungan fasilitas, sarana
dan prasarana,
dukungan sumber
daya
manusia (SDM) sangat diperlukan
untuk menjalankan fungsi organisasi BPBD dengan baik, sesuai dengan Teori
Manajemen George R. Terry yakni POAC
(Planing, Organizing,Actuating and Controling)
sehingga BPBD dapat memaksimalkan kinerja
dan perannnya
sebagai penyelenggara penanggulangan
bencana sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
1.2.
Perumusan
Masalah
Latar belakang pendidikan, keahlian dan penempatan
pegawai yang tepat merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, karena segala kegiatan
penanggulangan bencana alam
dibutuhkan
dengan cepat, tepat dan
akurat untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil
sebuah kebijakan yang nantinya
mengarah
pada
tindakan
penanggulangan bencana baik oleh pihak pemerintah, masyarakat dan pihak terkait lainnya. Tidak sedikit permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan dan keahlian dalam penanggulangan sehingga menejemen pengurangan resiko yang tidak terukur dan terarah, penyelamatan korban bencana yang terlambat, pembagian distribusi bantuan yang tidak adil dan sebagainya, ditambah lagi data-data menyangkut kebencanaan yang menjadi referensi dalam pengambilan kebijakan penanggulang bencana tidak tertata dengan baik.
penanggulangan bencana baik oleh pihak pemerintah, masyarakat dan pihak terkait lainnya. Tidak sedikit permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan dan keahlian dalam penanggulangan sehingga menejemen pengurangan resiko yang tidak terukur dan terarah, penyelamatan korban bencana yang terlambat, pembagian distribusi bantuan yang tidak adil dan sebagainya, ditambah lagi data-data menyangkut kebencanaan yang menjadi referensi dalam pengambilan kebijakan penanggulang bencana tidak tertata dengan baik.
Pemerintah sudah mengupayakan perencanaan penanggulangan melalui
Renstra dan Renas oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di pusat dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi atau kota, namun
dalam pelaksanaannya tidak berjalan sesuai dengan Renstra yang ada bahkan
terkesan tiba saat tiba akal, walau disadari dalam menjalan sistem yang baru
bukanlah hal
yang mudah dan
membutuhkan waktu yang tak tentu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti:
1. Aparatur yang berlatar belakang pendidikan apa saja yang dibutuhkan oleh BPBD
Kabupaten Bolaang mongondow selatan ?
2. Keahlian apa
saja yang harus dimiliki oleh Aparatur BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
?
3. Sudah sesuaikah
Penempatan Aparatur di BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menurut Tugas
pokok dan fungsinya?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasar pada
perumusan masalah diatas maka dapat dijelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui apakah latar
belakang pendidikan yang dimiliki aparatur BPBD berpengaruh signifikan terhadap
pelayanan masyarakat. Untuk mengetahui apakah keahlian aparatur BPBD berpengaruh signifikan terhadap pelayanan
masyarakat.
2. Untuk mengetahui apakah penempatan
aparatur BPBD sesuai tugas dan fungsinya berpengaruh signifikan terhadap
pelayanan masyarakat.
1.4.
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini membawa manfaat, adapun
manfaat dari penelian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu dibidang Manajemen Sumber Daya Manusia khusunya menyangkut
latar belakang pendidikan, keahlian, dan penempatan aparatur BPBD.
2. Kepada Badan Kepegawaian dan Diklat
Daerah (BKDD) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan agar hasil penelitian ini
dapat dijadikan referensi untuk pengkajian formasi penempatan aparatur
khususnya di BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
2.1.
Landasan Teori
2.1.1.
Latar belakang pendidikan
Pendidikan merupakan hal penting
dalam kehidupan karena dengan pendidikan manusian akan mengetahui banyak hal,
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari juga
sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan manusia. Secara umum
pendidikan merupakan sebuah fenomena antropologis yang usianya hampir setua
dengan sejarah manusia itu sendiri. Mengacu pendapat Niccolo Machiavelli
seperti yang dikutip oleh (Doni Koesoema, 2010: 52).
Demikian juga menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia bahwa Pendidikan
diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan
dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai
pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya. kata
pendidikan secara berasal dari kata "didik" dengan mendapatkan
imbuhan "pe" dan akhiran "an", yang berarti cara, proses atau
perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa berasal dari kata "pedagogi"
yakni "paid" yang berarti anak dan "agogos"
yang berarti membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam membimbing
anak. Sedangkan secara istilah definisi pendidikan ialah suatu proses
pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan
manusia atau peserta didik melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan adalah
pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal
dan
non formal dan informasi
di sekolah dan di luar sekolah, yang
berlangsung seumur hidup yang bertujuan
optimalisasi pertimbangan kemampuan- kemampuan individu, agar
di kemudian
hari dapat memainkan
peranan
hidup secara tepat (Mudiyaharjo,
2002 : 11).
Adapun pengertian-pengertian atau
definisi pendidikan menurut pakar dibidangnya antara lain:
1)
Prof. H. Mahmud Yunus : Yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih
untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak
kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan
yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
2)
Prof. Dr. John Dewey : Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses pengalaman. Karena
kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan
batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses
penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan
seseorang melalui pendidikan.
3)
UU SISDIKNAS
No.20 tahun 2003 : Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu
mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri,
berakhlak mulia, kecerdasan,dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya
dan masyarakat.
Berdasarkan
definisi-definisi yang dikemukakan diatas maka bisa disimpulkan bahwa,
Pendidikan adalah segala bentuk usaha yang dilaksanakan dengan maksud untuk
mempengaruhi orang lain dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
dengan tujuan mendapatkan ilmu pengetahuan demikian juga apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
dan dialami sehari-hari semuanya mengandung unsur pendidikan Dengan demikian maka potensi diri seseorang
apabila dibentuk dan dikembangkan dengan pendidikan maka akan menghasilkan
kecerdasan dan keterampilan/keahlian.
Latar belakang pendidikan mempunyai kaitan erat dengan hasil seleksi yang
telah dilaksanakan oleh manajer sumber daya manusia. SDM yang
memiliki latar belakang
pendidikan tertentu biasanya akan terlihat
prestasinya pada seleksi tentang bidang yang dikuasainya. Dengan kata lain hasil
seleksi dapat memperkuat dan
meyakinkan
manajer SDM untuk menempatkan orang yang bersangkutan pada tempat yang tepat. Di samping itu, latar belakang pendidikan dengan prestasi akademis yang diraihnya dapat menjadi acuan
pemberian
beban kerja
dan tanggung
jawab dalam melaksanakan pekerjaan. Prestasi akademik yang telah dicapai
oleh
tenaga kerja selama mengikuti jenjang
pendidikan harus mendapatkan pertimbangan
dalam penempatan, dimana
tenaga kerja seharusnya melaksanakan tugas dan pekerjaan serta
mengemban wewenang dan tanggung jawab.
Prestasi
akademis yang menjadi pertimbangan bukan saja prestasi pada jenjang pendidikan terakhir, tetapi
lebih
dari itu dengan melihat perkembangan prestasi
akademis
sebelumnya.
2.1.2.
Pengertian Keahlian / keterampilan
Keahlian atau Keterampilan merupakan talenta yang dibawa sejak lahir dan ada
pada diri manusia serta perlunya
dipelajari secara mendalam dengan
mengembangkan keterampilan yang dimiliki.
Keterampilan sangat
banyak dan beragam,
semua
itu bisa dipelajari bukan hanya buat pengetahuan keterampilan saja akan tetapi juga dapat bisa dibuat pembuka
inspirasi bagi orang yang
mau memikirkannya.
Beberapa ahli mengemukakan definisi keahlian atau keterampilan diantaranya
sebagai berikut:
Dunnette (1976:33), keterampilan adalah
kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang
merupakan pengembangan
dari hasil training dan pengalaman yang didapat.
Nadler
(1986:73), Keterampilan adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi
dari aktifitas.
Robbins (2000:494-495), Keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan
secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar
(basic ability).
Pada dasarnya keterampilan dikategorikan
menjadi 4, yaitu:
1.
Basic
literacy skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang
pasti
dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang,
seperti
membaca, menulis dan mendengar.
2.
Technical
skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang
dalam
pengembangan teknik yang dimiliki,
seperti menghitung
secara
tepat, mengoperasikan
komputer.
3.
Interpersonal skill
Keahlian interpersonal merupakan
kemampuan seseorang
secara efektif untuk berinteraksi
dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang
baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
4.
Problem
solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktifitas
untuk menajamkan logika,
berargumentasi
dan penyelesaian
masalah serta kemampuan untuk mengetahui
penyebab, mengembangkan alternatif
dan menganalisa serta
memilih penyelesaian yang baik.
2.1.3.
Penempatan aparatur
Penempatan karyawan dalam
sebuah perusahaan merupakan tanggungjawab Manajemen Sumber Daya Manusia atau
biasa disebut bagian personalia, penempatan karyawan menjadi penting
dikarenakan hal ini menyangkut produktifitas perusahaan dari berbagai lini
dalam perusahaan, setiap perusahaan ketika melakukan seleksi karyawan pasti
akan mengklasifikasikan penempatan karyawan sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan keahlian karyawan tersebut, agar ketika ditempatkan pada tempat
yang tepat maka karyawan tersebut akan langsung bisa bekerja melaksanakan tugas yang dibebankan
padanya.
Adapun pengertian
penempatan menurut para ahli antara lain:
Menurut Marihot
T.E Hariandja, menyatakan bahwa “penempatan merupakan proses penugasan kembali
pegawai pada tugas/jabatan baru atau jabatan yang berbeda”.
Menurut Mathis
& Jackson menyatakan bahwa “penempatan adalah menempatkan posisi seseorang
ke posisi pekerjaaan yang tepat, seberapa baik seorang karyawan cocok dengan
pekerjaannya akan mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan.”
Menurut B.
Siswanto Sastrohardiyo yang di kutip oleh Suwatno bahwa ”penempatan karyawan
adalah untuk menempatkan pegawai sebagai unsure pelaksana pekerjaan pada posisi
yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan, dan keahliannya.”
Menurut Sastrohadiwiryo
(2002:162) mengemukakan bahwa : “Penempatan kerja adalah proses
pemberian tugas dan pekerjaan kepada karyawan yang lulus seleksi untuk
dilaksanakan sesuai ruang lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu mempertanggungjawabkan
segala resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas tugas dan
pekerjaan, wewenang serta tanggung jawab”. Penempatan sebagai suatu langkah
eksperimental yang sebenarnya bukanlah merupakan sebuah keputusan final.
Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli
tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa Penempatan karyawan adalah suatu
proses yang dilaksanakan setelah proses seleksi, yang mana proses ini merupakan
ranah kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan maksud menempatkan
karyawan pada posisi yang tepat (the right man on the right place).
2.1.4.
Pelayanan Masyarakat
Pelayanan
Masyarakat adalah tugas utama pemerintah, hal ini melekat kepada pemerintah
karena aparatur pemerintah adalah Abdi Negara dan pelayan Masyarakat . Organisasi Pemerintahan dibentuk tidak lain dan
tidak bukan untuk mendekatkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pelayanan merupakan terjemahan dari
istillah service dalam bahasa Inggris yang menurut Kotler yang
dikutip Tjiptono,
yaitu berarti “setiap tindakan atau perbuatan
yang dapat ditawarkan oleh satu
pihak ke pihak yang lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak
berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan
kepemilikan
sesuatu”.(Tjiptono,2004:6).
Demikian juga menurut Sampara Lukman (2000:5) pelayanan merupakan
suatu kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung
antara
seseorang dengan
orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasaan pelanggan.
Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos
dalam Ratminto (2005:2)
yaitu pelayanan
adalah suatu aktivitas
atau serangkaian
aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan
karyawan
atau hal-hak lain yang disediakan
oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan
permasalahan konsumen/pelanggan.
Selanjutnya pengertian dan makna pelayanan Publik/Masyarakat menurut Pamudji
pelayanan masyarakat adalah “berbagai
kegiatan pemerintah yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di bidang
barang dan jasa.”(Pamudji, 1994:21).
Adapun yang
dimaksud pelayanan publik menurut Ndraha, yaitu “Proses produksi
barang dan jasa yang
ditujukan kepada publik.”(Ndraha,
2000:58).
Berdasarkan definisi-definisi yang diungkapkan oleh para
ahli tersebut tentang pelayanan masyarakat maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pelayanan masyarakat atau biasa dikenal dengan
pelayanan public adalah pelaksanaan program dan kegiatan
yang disampaikan atau dipersembahkan kepada masyarakat oleh pemerintah secara
berjenjang sesuai dengan kebutuhan dan penganggarannya yakni oleh Pemerintah
ditingkat pusat, Pemerintah propinsi, dan pemerintah daerah, demikian
juga pada Badan usaha milik Negara maupun badan usaha milik daerah. Kebutuhan
tersebut meliputi produk pemerintah yang berupa
barang dan jasa
yang tergolong sebagai jasa publik
dan layanan
sipil.
2.2.
Penelitian terdahulu
2.2.1. Penelitian Rahmat Fajarudin (2008)
Penelitian Rahmat Fajarudin (2008) tentang pengaruh
latar belakang pendidikan dan kinerja pegawai terhadap penempatan
posisi tenaga kerja di kantor Garment PT. dan Liris Sukoharjo, (digilib.ums.ac.id).
2.2.2. Penelitian Supratmi (2009)
Penelitian
selanjutnya yang menjadi bahan acuan penulis adalah
penelitian yang dilakukan oleh Supratmi dengan tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh tingkat kompetisi dan pengalaman kerja
terhadap etos
kerja pada guru sertifikasi di SMA
Negeri 14 Semarang. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara sensus,
yaitu
seluruh
populasi
dijadikan
sampel. Pengumpulan
data dengan metode angket/koesioner, dokumentasi dan wawancara sedangkan analisis data
menggunakan analisis regresi. Hasil yang
di dapat dari penelitian ini yaitu bahwa secara
parsial maupun secara simultan
tingkat kompetensi dan pengalaman
kerja berpengaruh secara
signifikan
terhadap etos kerja, dimana pengaruh yang paling dominan diberikan oleh
variable tingkat kompetensi.
Perbedaan dengan penelitian
ini
adalah terletak pada variabel
independen (X1). Pada penelitian yang saya teliti variabel independen (X1)
adalah latar belakang pendidikan dan tidak terfokus pada profesi guru melainkan
karyawan Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Kediri.
Ratih Widi Lestari33 juga melakukan penelitian dengan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh upah,
tingkat pendidikan dan teknologi terhadap
produktivitas tenaga
kerja
pada industri kecap di Kecamatan Pati Kabupaten Pati.
Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara sensus, yaitu seluruh
populasi dijadikan sampel. Pengumpulan data dengan metode angket/koesioner, dokumentasi dan wawancara sedangkan analisis data menggunakan analisis regresi
berganda. Hasil penelitian
tersebut, ada
pengaruh positif upah terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri kecap di Kecamatan Pati Kabupaten Pati ditunjukkan dari hasil thitung sebesar 1,0306 dengan probabilitas sebesar 0,3065. Nilai thitung variabel upah kurang dari ttabel (1,0306 < 1,667) dan tidak signifikan pada
taraf 5%. Tingkat pendidikan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja diketahui thitung sebesar 6,1749 dan signifikan
pada taraf 5% yang ditunjukkan
oleh probabilitas sebesar 0,000. Variabel
teknologi merupakan penjelas yang signifikan terhadap produktivitas tenaga
kerja
diketahui thitung sebesar
52,7167
dan signifikan pada taraf 5%.
2.2.3.
Penelitian Mayya Puji Febriana (2009)
Penelitian oleh Mayya Puji
Febriana mengenai penerapan etos kerja Islam terhadap kinerja karyawan pada BPRS Artha
Mas
Abadi Kabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara sensus, yaitu
seluruh
populasi dijadikan
sampel. Pengumpulan data
dengan metode
angket/kuesioner, dokumentasi dan
wawancara sedangkan analisis data menggunakan analisis regresi sederhana
dengan menggunakan uji hipotesis F dan disertai uji determinasi. Hasil penelitian tersebut, di lihat secara simultan bahwa variabel etos kerja
islam berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan di BPRS Artha Mas Abadi
Pati, sebesar 0,725 atau 72,5% dan sisanya yang tidak mempengaruhi sebesar25,5%. Kedua,
secara koefisien
determinan variabel etos
kerja islam
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan di BPRS Artha
Mas Abadi Pati, sebesar 28,947%.
Adapun perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian
ini adalah
terletak pada
ke dua variabel. Yaitu pada penelitian ini menggunakan latar belakang pendidikan
dan pengalaman kerja sebagai variabel independen (X)
dan etos kerja sebagai variabel dependen (Y). Selain itu perbedaannya juga
terletak pada teknik analisis yang digunakan. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah
regresi berganda.
2.3.
Hubungan antar Variabel
2.3.1. Hubungan latar belakang
pendidikan dengan pelayanan masyarakat
Pengetahuan (knowladge) merupakan suatu kesatuan
informasi yang terorganisir yang biasanya terdiri
dari
sebuah fakta atau prosedur yang diterapkan secara langsung terhadapkinerja dari
sebuah fungsi. Mulyasa ( 2002:38 )
mengungkapkan bahwa “ Pengetahuan adalah suatu kesadaran dalam bidang kognitif “ artinya seseorang
mengetahui metode penyelesaian
tugas dengan
baik, dan lebih lanjut Mulyasa mengemukakan bahwa pengetahuan ini dapat diperoleh
bisa berupa pengalaman kerja atau pendidikan yang telah diperolehnya, dan pendidikan sangat
diharapan dari seseorang individu
untuk mengerjakan
sesuatu.
Kesesuai pengetahuan yang dimiliki oleh Seorang pegawai
dengan kualifikasi pekerjaan
yang
ditempati serta dapat
memberikan pelayanan yang professional dan maksimal pada masyarakat paling
tidak dapat dilihat
dari indikator-indikator
seperti
:
a.
Pendidikan formal;
b. Pengalaman
kerja, dan
c.
Pengetahuan teknis terhadap
pekerjaan.
2.3.2 Hubungan Keahlian
dengan Pelayanan Masyarakat
Keahlian atau Keterampilan ( skiil ) merupakan suatu kompensasi yang
diperlihatkan dalam
kinerja
melalui prilaku yang dapat diamati
atau
seluruh perilaku
yang
mengarah
pada
suatu
hasil
yang
diamati. Sehubungan dengan itu Mulyasa( 2002:38 )
Apabila pekerjaan itu bersifat
fisik,
diperlukan kekuatan otot,
kesehatan badan dan sebagainya, Keragaman menimbulkan perasaan kompeten yang
lebih besar bagi pegawai,
karena mereka
dapat melakukan jenis pekerjaan yang berlainan dan dengan cara yang
berbeda, Lebih lanjut Mulyasa menjelaskan
bahwa
keterampilan seseorang dapat diperoleh melalui
Diklat – diklat kepemimpinan, diklat teknis/fungsional dan kursus –kursus atau berdasarkan pengalaman kerja.
Kesesuaian keterampilan yang dimiliki pegawai dengan kualifikasi pekerjaan
yang ditempati
paling tidak dapat dilihat dari indikator – indikator
seperti :
a.
Penguasaan dalam penggunaan
teknologi
b.
Diklat – diklat yang pernah
diikuti
c.
Kemampuan konseptual
yang dimiliki.
2.3.3. Hubungan Penempatan
aparatur dengan pelayanan masyarakat
Penempatan pegawai adalah untuk
menempatkan pegawai sebagai unsur pelaksana pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan
kemampuan,
kecakapan dan keahliannya, dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor
antara lain ;
pendidikan yang
mencakup pendidikan yang
disyaratkan dan pendidikan
alternatif,
pengetahuan kerja, keterampilan kerja
(keterampilan fisik, mental dan
sosial), dan
pengalaman kerja. Proses
penempatan akan sangat
menentukan dalam mendapatkan pegawai yang
kompeten yang
dibutuhkan oleh organisasi (Suwatno,
2003;139;129).
Berdasarkan kajian teori dan kerangka
berpikir yang dikembangkan, maka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
X1-3
|
X1-2
|
X1-1
|
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
|
X1-2
|
X1-3
|
X1-1
|
PELAYANAN MASYARAKAT
|
KEAHLIAN/
KETERAMPILAN
|
PENEMPATAN APARATUR
|
X1-1
|
X1-2
|
X1-3
|
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis
Penelitian
Untuk
menganalisa pengaruh latar belakang pendidikan, keahlian dan penempatan
aparatur di BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terhadap pelayanan
masyarakat maka digunakan metopde atau desain penelitian survey.
Dalam
penelitian ini penulis mengklasifikasikan pada jenis penelitian asosiatif.
Tujuan diterapkannya penelitian asosiatif yaitu untuk menganalisa pengaruh
latar belakang pendidikan, keahlian dan penempatan aparatur di BPBD Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan terhadap pelayanan masyarakat.
3.2.
Sumber data
Dalam
pelaksanaan dari penelitian ini penulis menggunakan data primer dan data
sekunder, dengan penjelasan sebagai berikut :
-
Data
Primer
Data
yang diperoleh langsung dari objek penelitian, yaitu komunikasi langsung dengan
respondeng yang menanggapi mengenai latar belakang pendidikan, keahlian dan
penempatan aparatur di BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terhadap
pelayanan masyarakat.
-
Data
Sekunder
Merupakan kumpulan data
yang didapat/dibaca dari hasil-hasil penelit`ian terdahulu berupa
jurnal-jurnal, institusi pemerintahan terkait yaitu Dinas Sosial, Kantor
Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat, Kantor Bupati dan literature-literatur lainnya yang
berkaitan dengan objek penelitian.
3.3. Populasi Dan Teknik Sampling
Populasi
penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan jumlah 30 orang. Populasiini
dikategorikan populasi finite (dapat dihitung atau diketahui). Berdasarkan
kategori ini teknik samping yaitu sampling jenuh. Dimana seluruh anggota
populasi digunakan sebagai sampeln dalam penelitian.
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data sehubungan denggan penelitian
ini maka digunakan metode :
1. Wawancara, pengumpulan data dengan
melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pimpinan dan beberapa pegawai
2. Kuisioner, berisi sejumlah pertanyaan
tertulis yang ada kaintannya dengan permasalahan yang sedang diteliti yang
ditujukan kepada pegawai
3. Kepustakaan, pengumpulan data dari
beberapa literature dan karya ilmiah, berbagai buku dan bahan bacaan lainnya
yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
3.5.
Devinisi Operasional dan
pengukuran Variabel
Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua
variable bebas (X1 dan X2) serta satu variable terikat (Y) dengan definisi
operasional variable-variabel tersebut sebagai berikut :
1.
Latar
Belakang Pendidikan (X1), merupakan factor untuk menentukan
penempatan formasi atau jabatan dalam suatu organisasi. Notoatmodjo (1998:25).
Indicator Latar belakang Pendidikan terdiri dari :
1)
Motivasi
2)
Kemampuan
3)
Tuntutan
Tugas
2.
Keahlian
(X2), berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan
secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar
(basic ability).
Robbins (2000:494-495).
Indikator Keahlian terdiri dari :
1.
Terampil
2.
Cakap
3.
Kesempatan
3. Penempatan aparatur (X3) adalah untuk
menempatkan pegawai sebagai unsur pelaksana pekerjaa pada posisi yang sesuai
dengan kemampuan, kecakapan dan keahliannya Sastro hadiwiryo (2003:158).
Indicator Penempatan Aparatur terdiri dari :
1) Kecepatan Kerja
2) Ketelitian
3) Kualitas Kerja
4.
Optimalisasi
Pelayanan Masyarakat (Y),
pelayanan publik dapat diartikan sebagai
perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal- hal yang diperlukan masyarakat atau khalayak umum
Batinggi (1998:12).
Indikator Optimalisasi Pelayanan Publik terdiri dari :
1
Kemudahan
2
Sarana
dan Fasilitas
3
Profesionalisme
Petugas
4
Sistem
penanganan keluhan
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen
Penelitian
No.
|
Variabel
|
Indikator
|
Item dalam
Bentuk Pertanyaan/Pernyataan
|
1
|
Latar Belakang Pendidikan
|
1. Motivasi
|
1.
Meningkatkan kepribadian dan
semangat pengabdian kepada
masyarakat.
|
2.
memenuhi persyaratan
pengadaan kader pimpinan
dan staf
|
|||
2. Kemampuan
|
1. Kemampuan mengaplikasikan ilmu yang dimiliki pada
pekerjaan
|
||
2. Mampu menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas
|
|||
3. Tuntutan Tugas
|
1. Melaksanakan tugas dengan dengan profesional
|
||
2. Melaksanakan Tugas secara sistematis
|
|||
2
|
Keahlian
|
1. Terampil
|
1. Terampil menggunakan alat – alat,
proses dan teknis suatu bidang khusus
|
2. Menyelesaikan tugas
secara mudah karena diketahui dan
dikuasai menurut tingkat kehandalan
|
|||
2. Kecakap
|
1. Mampu menjadi sumber
daya manusia yang handal dalam menghadapi
aktifitas kerja
|
||
2. Cakap dalam implementasi aktifitas kerja
yang terpadu
|
|||
3. Kesempatan
|
1. Kesempatan dipromosi pada jabatan tertentu
|
||
2. Kesempatan mendapat perhatian khusus dari pimpinan
|
|||
3
|
Penempatan Aparatur
|
1. Kecepatan Kerja
|
1. Cepat dalam melaksanakan pekerjaan
|
2. Kepuasan Masyarakat dalam pelayanan
|
|||
2. Ketelitian
|
1. Tidak terdapat kesalahan dalam pekerjaan
|
||
2. Pelayanan yang maksimal
|
|||
3. Kualitas Kerja
|
1. Kepuasan atas pelayanan yang diberikan
|
||
2. bekerja mengikuti metode kerja yang bermutu
|
|||
4
|
Pelayanan Masyarakat
|
1. Kemudahan
|
1. Pelayanan masyarakat yang resposif
|
2. Pelayanan tanpa pilih kasih
|
|||
2. Profesionalisme Petugas
|
1. Pelayanan Prima
|
||
2. Kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan
|
|||
3. Sistem Penanganan Keluhan
|
1. ketersediaan sistem penanganan keluhan
|
||
2. inovasi dan perbaikan pelayanan
|
Tabel 3.1 Menunjukan bahwa variable Latar belakang pendidikan terdiri
dari 3 indikator, variable Keahlian terdiri dari 3 Indikator, variable
Penempatan Aparatur terdiri dari 3 Indikator, dan variable pelayanan masyarakat
terdiri dari 4 indikator. Keseluruhan instrument yang digunakan menggunakan
skala likert (skala lima point)
3.6.1
Metode Analisis
3.6.2
Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen Penelitian
3.6.2.1
Validitas Instrumen Penelitian
Ancok dalam
Singarimbun dan Effendi (2006:122) menyatakan Validitas menunjukan sejaumana
suatu alat pengukuran (instrumenn) menunjukan apa yang ingin diukur.
Valid
tidaknya suatu item instrument dapat diketahui dengan membandingkan indeks
korelasi produk, moment person dengan level signifikan 5 %. Bila signifikasi
hasil korelasi < 0,05 (5%) maka dinyatakan valid dan sebaliknya dikatakan
tidak valid.
Adapun
perhitungan korelasi productmoment, dengan rumus seperti yang dikemukakan oleh
arikunto (2002:220), sebagai berikut :
Dimana
:
r = Koefisien
korelasi variable bebas dan variable terikat
n =
banyaknya sampel
X = skor
setiap item
Y = skor
total variable
3.6.1.2.1.
Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji
reliabilitas adalah indeks yang menunjukan apakah suatu alat ukur dapat
dipercaya, bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang
sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten maka alat ukur
tersebut reliable.
Menurut
arikunto (2002:26) instrument dapat dikatakan andal bila memiliki koefisien
keandalan reliabilitas 0,06 atau lebih. Digunakan rumus Alpa sebagai berikut :
Dimana :
r11 = Reliabilitas instrument
k =
banyaknya butir pertanyaan
ab2 = Jumlah varians butir
at2 = jumlah varians total
3.6.2.
Metode Analisis
3.6.2.1 Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh hasil regresi linier yang baik maka
digunakan uji asumsi klasik, yaitu :
a.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homokedasitas (Suliyanto, 2005:64). Jika nilai
probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha ( 0,05), maka dapat dipastikan
model tidak mengandung unsur heteroskedasitas, atau thitung < ttabel
pada alpha 0,05 (Suliyanto,2005:64).
b.
Uji Multikolinieritas
Uji
Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
varibel independen, jika terjadi korelasi maka terdapat problem
multikolonieritas.(Suliyanto 2005:63) menyatakan bahwa jika pada model regresi
mengandung gejala multikolonieritas berarti terjadi korelasi (mendekati
sempurna) antar variable bebas.
c.
Uni Normalitas
Uji
Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah
sebual model regresi, variable independen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrim
dalam data yang diambil (suliyanto (2005:63)
3.6.2.2.
Analisis Regresi berganda
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi linier
berganda adalah suatu metode statistic umum yang digunakan untuk meneliti
hubungan antara variable dependen dengan beberapa variable independen.
Regresi linier berganda adalah
regresi dimana sebuah variable terikat (Variabel Y) dihubungkan dengan dua atau
lebih variable bebas (variable X). regresi linear merupakan suatu alat ukur
yang juga digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variable .
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut
Y = b0+b1+X1+b2X2+ei
Dimana :
Y = Optimalisasi
Pelayanan Masyarakat
X1
= Latar belakang pendidikan
X2 = Keahlian
X3 = Penempatan aparatur
b1,b2 = Koefisien parsial untuk variable X1 dan X2
formulasi model ini merupakan regresi
yang berbentuk linier dimana bentuk ini secara teoritis variable tidak bebas yang akan di teliti
mempunyai kecenderungan hubungan yang linear terhadap masing-masing variable
bebasnya.
-
Koefisien Determinasi (R Square)
Untuk melihat
besarnya kontribusi variable bebas terhadap variable tidak bebas dengan menggunakan
rumus :
R2 = berada antara 0 dan 1 atau 0<
R2 < 1
R2 = 1 berarti persentase sumbangan X1,X2,X3
terhadap naik turunnya Y
sebesar 100% dan
tidak ada factor lain yang mempengaruhi variable Y
R2 = 0 berarti regresi tidak dapat digunakan untuk
membuat ramalan
terhadap Y
-
Koefisien Korelasi (Multiple R)
Untuk mengukur kuatnya hubungan antara variable bebas secara
bersama-sama terhadap variable tidak bebas dengan menggunakan rumus :
r = b1.X1Y+b2.X2Y+Y
Y2
Kriteria penilaian : < 0,20
Dapat diabaikan (Lemah)
0,20
– 0,40 Korelasi rendah (Sedang)
0,40
– 0,70 Korelasi substansial (Kuat)
0,70
– 1,00 Derajat asosiasi tinggi (Sangat Kuat
-
Pengujian Hipotesa
1.
Uji Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Dimaksudkan untuk mengetahui apakah variable bebas
berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variable terikat.
2.
Uji Hipotesis secara Simultan (Uji F)
F = b1 ∑X1Y-b2∑X2Y∕K-1
Y2-b1∑X1Y-b2∑X2Y∑∕n-K
Dimana : k = banyaknya sampel
N =
ukuran sampel
Hipotesa Nol :
Variable Disiplin Latar Belakang
Pendidikan, Keahlian, Dan Penempatan Aparatur BPBD Tidak Berpengaruh
Terhadap Pelayanan Masyarakat .
|
Variable Disiplin Latar Belakang
Pendidikan, Keahlian, Dan Penempatan Aparatur BPBD Berpengaruh Terhadap
Pelayanan Masyarakat .
|
Ha :
b1 ≠ b2 ≠ b 3≠ 0
2. Pengujian Hipotesis
Parsial (Uji T)
Untuk melihat apakah setiap variable bebas berpengaruh
terhadap keputusan pembelian secara parsial :
variable
latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap Pelayanan Masyarakat
pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Bolaang Mongondow Selatan
|
H0 : b1 = 0,
variable
keahlian tidak berpengaruh terhadap Pelayanan Masyarakat pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Bolaang Mongondow Selatan
|
H0 : b2 = 0,
variable
Penempatan Aparatur tidak berpengaruh terhadap Pelayanan Masyarakat pada
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Bolaang Mongondow Selatan
|
H0 : b3 = 0,
Hipotesa
Alternatif
variable
latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap Pelayanan Masyarakat pada
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Bolaang Mongondow Selatan
|
ha : b1 ≠ 0,
variable
keahlian berpengaruh terhadap Pelayanan Masyarakat pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Bolaang Mongondow Selatan.
|
variable
Penempatan Aparatur berpengaruh terhadap Pelayanan Masyarakat pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Bolaang Mongondow Selatan
|
Bila thitung < ttabel maka H0 diterima Ha
ditolak, jika thitung > ttabel maka H0
ditolak Ha diterima. Pengujian ini dilakukan pada tingkat
signifikan 5%.
tanti.sugeha.9
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1.
Sejarah singkat Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Sesuai
amanat Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelanggaraan Penanggulangan Bencana
maka Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan melalui Peraturan Daerah Nomor
10 Tahun 2010 tentang pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Badan Penanggulangan Bencana Daerah, selanjutnya Badan
Penanggulangan Bencana daerah menjadi salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan
Pemerintah Daerah, dalam pelaksanaan tugas dan pelayanannya Badan
Penanggulangan Bencana Daerah atau disingkat BPBD diatur melalui Peraturan
Bupati Nomor 7 Tahun 2011 tentang tugas pokok dan fungsi dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Bolaang Mongondow Selatan antara lain membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan
dibidang penanganan bencana serta berfungsi merumuskan kebijakan teknis
penanggulangan bencana dengan memberikan dukungan penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.
4.1.2.
Tugas Pokok dan fungsi
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mempunyai tugas melaksanakan Otonomi
Daerah di bidang
penanggulangan bencana secara
teintegrasi yang yang meliputi
pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca
bencana.
4.1.2.1 Fungsi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Dalam menyelenggarakan
tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan mempunyai
fungsi :
1) Koordinasi Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
2) Komando penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
3) Pelaksanan dalam Penyelenggaan Penanggulangan Bencana
4.1.2.2 Uraian
Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Dalam Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah di
pimpin oleh Kepala
Pelaksana Badan, yang membawahi
1. Sekretaris, membawahi
:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2) Sub Bagian Keuangan;
3) Sub Bagian Penyusunan Program;
2. Bidang Rehabilitasi
dan Rekontruksi, membawahi
:
1) Sub Bidang Rehabilitasi;
2) Sub Bidang Rekontruksi;
3. Bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan,membawahi
:
1) Sub Bidang Pencegahan;
2) Sub Bidang Siapsiagaan;
4. Bidang Kedaruratan, membawahi
:
1) Sub BidangTanggap Darurat;
2) Sub Bidang Distribusi dan Logistik
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
6. Unit PelaksanaTeknis
Badan.
4.1.2. Deskripsi Responden Penelitian
Deskripsi penelitaian dapat dilihat pada table 4.1 sebagai
berikut
Tabel 4.1 Komposisi Responden berdasarkan Umur
NO.
|
Umumr
|
Jumlah Responden
|
Persentase (%)
|
1
2
3
4
5
|
25 – 30 Tahun
31-35 Tahun
36-40 Tahun
41-45 Tahun
Ø 45 Tahun
|
6
8
5
3
5
|
22,2
29,62
17,85
10,71
17,85
|
|
|
|
|